
Teman yang buruk tidak akan pernah berani mengakui keburukanmu dengan jujur. Teman yang buruk akan membiarkan dirimu tidak menyadari hal yang harus diubah sehingga dia bisa mengalahkanmu dalam segala aspek.
Berbeda dengan teman yang baik, dia berani jujur, blak-blakan tentang hal-hal yang buruk dan sebaiknya kamu ubah agar kamu bangkit menuju kesuksesan.
Jadi, teman yang baik justru bukan teman yang selalu mengakui bahwa dirimu selalu dalam keadaan baik, tetapi juga berani menantang dirimu menjadi lebih baik, dan memaksamu untuk bangkit.
Mengapa kita butuh dipaksa bangkit? Jawabannya karena manusia selalu terlalu terlena dengan rasa nyaman dan harus dipaksa keluar dari zona nyaman. Sebab pada akhirnya orang-orang yang berani menantang dirinya sendiri untuk bangkit dan melakukan perubahan adalah orang-orang yang menghargai artinya proses perjuangan menuju kesuksesan.
Mengapa saya menyukai Steemit?
Bagi saya, Steemit adalah teman pemaksa untuk bangkit seperti yang saya ungkapkan tadi. Sebelum mengenal Steemit, saya hanya paham berbagi tentang keseharian dan pengalaman pribadi di media sosial yang justru jadi media untuk “pamer” menyombongkan diri.
Sejak mengenal Steemit, saya paham bahwa apa yang kita bagi ke dunia digital seharusnya berharga untuk catatan kehidupan melalui blockchain yang memang akan tercatat selamanya.
Steemit memaksa saya berubah dari yang malas menyapa, menjadi terbiasa menyapa untuk sesama pengguna karena apa yang kita bagikan tidak ada gunanya bila tidak ada yang melihat.
Luasnya jangkauan Steemit memaksa saya untuk terampil berkomunikasi dalam bahasa universal, terkhusus bahasa Inggris. Dahulunya sebelum mengenal Steemit, hal-hal formal yang saya pelajari terkait English hilang begitu saja karena jarang saya gunakan, karena tidak percaya diri salah satu alasannya. Kini sejak mengenal Steemit, saya sangat dipaksa untuk berani dan percaya diri menggunakan kemampuan bahasa asing. Walau belum sempurna, tapi saya yakin Steemit mampu menjadi teman bagi saya untuk meng-upgrade kemampuan bahasa Inggris.
Steemit memaksa saya untuk rajin membaca setiap postingan yang ingin saya vote maupun komentari sehingga saya tidak sembarangan untuk berkomentar yang bisa berakibat saya dianggap spam. Maka saya pun dituntut untuk lebih terbiasa banyak membaca dan otomatis hal itu bisa membuat diri semakin peka dengan keadaan di Steemit.
Selain percaya diri dari segi komunikasi, Steemit juga membuat saya bangkit untuk berani dan percaya diri memposting sesuatu yang sesuai dengan pemikiran sendiri, bukan pola pemikiran orang lain karena adanya pendeteksi plagiat di sini.
Setiap hari saya dituntut kreatif untuk memposting sesuatu. Saya dan Anda pasti dituntut untuk melihat sesuatu yang biasa saja di sekitar kita, menjadi sesuatu yang berbeda untuk kita abadikan dalam rantai blockchain ini.
- Berbagi tidak pernah rugi. Inilah poin kemanusian yang juga saya sukai dari Steemit. Poin ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan kita tidak akan pernah rugi saat memberi/berbagi. Justru itu menjadi tabungan kita dalam semesta, menanti kapan waktu yang terbaik untuk dibayarkan imbalan pada kita.
Sistem rewards melalui upvote di Steemit ini mengajarkan kita bahwa nilai yang kita bagi sangat berarti meski jumlahnya tidak banyak.
Tombol upvote yang kita miliki ibarat niat memberi yang kita miliki dalam hidup ini. Bukan seberapa besar nilai yang kita miliki, tapi semua tergantung pada niat untuk berbagi. Jadi, Steemit menantang diri setiap orang untuk bangkit memberi meski dimulai dari nilai yang amat-sangat kecil.
Jadi, siapkah Anda memiliki teman untuk BANGKIT, bersama STEEMIT?
Yuk gabung ke Discord Steemit BC dengan link berikut ini: https://discord.gg/qJqTmX7
Terima kasih untuk @legendchew yang telah memberikan kesempatan saya mengikutsertakan tulisan dalam Exclusive Blogging Course Giveaway Contest Worth USD 94.99 Week #4
My Patner In #promo-steem: @bahagia-arbi
I REALLY APPRECIATE YOUR UPVOTE AND COMMENT
